Jika aku tak lagi memilikimu, langit takkan berkurang birunya.
Kekagumanku pada perpaduan birunya yang disembur warna putih dari awan
takkan berkurang sedikitpun. Pun di gelap malamnya, aku akan tetap
menikmati ritual duduk di atap sambil menikmati kerlipan bintang yang
melukis langit, aku tahu pasti, bahwa indahnya akan tetap sama.
Wahai langit tempat bintang bernaung, malam ini aku menatapmu dengan
dada penuh gemuruh. Tak tahu apa yang menyerangku, yang pasti dadaku
rasanya penuh.
Seperti ingin menangis, tapi tak tahu pasti kenapa aku harus menangis. Mungkinkah ini masih tentang dia, yang meninggalkanku?
Aneh, walau bintang bertebaran di langitmu, bintang yang berhasil memandu nelayan di tengah lautan, tapi tak satu pun mampu menyelamatkan aku dari ketersesatanku tanpa dia yang masih kurindu, tidak juga bintangmu.
Seperti ingin menangis, tapi tak tahu pasti kenapa aku harus menangis. Mungkinkah ini masih tentang dia, yang meninggalkanku?
Aneh, walau bintang bertebaran di langitmu, bintang yang berhasil memandu nelayan di tengah lautan, tapi tak satu pun mampu menyelamatkan aku dari ketersesatanku tanpa dia yang masih kurindu, tidak juga bintangmu.
Mungkin yang berbeda hanya bahwa aku akan melakukan semuanya
sendirian, tanpa kamu menemani. Dan aku akan berjalan sambil sesekali
menyeka ujung mataku yang basah. Dan mungkin aku akan punya kebiasaan
baru, berjalan sambil menunduk, karena itu akan menyembunyikan air mata
yang hampir tumpah.
Ya, seperti sekarang ini, saat aku membayangkan hidupku tanpa kamu..
http://ceritadibah.wordpress.com/2010/08/03/jika-aku-tak-lagi-memilikimu/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar