Silahkan saja nyanyikan lagu cinta, lagu putus cinta, lagu jatuh
cinta, lagu kebencian, lagu kekecewaan, lagu harapan dan lagu-lagu yang
menurut kamu paling mematikan perihal cinta.
Saya tidak akan terpengaruh, karena rasanya saya sudah mati akan rasa cinta.
Nafas ini seakan tidak berguna.
Saya menciptakan ruang kosong yang terbuka begitu luas dan lebarnya sampai-sampai saya kewalahan untuk mengisinya. Saya bingung. Apa yang harus saya bawa kedalam sana untuk kembali menghiasnya hingga bisa kembali terang benderang.
Hmm… saya sedang melukis saat itu. Saya melukis tentang sesuatu.
Suatu keindahan yang tidak pernah dapat kamu bayangkan kecuali saya
jabarkan sejernih mungkin pada otakmu yang agak-agak terbelakang.
Keindahan itu sungguh mempesona, sampai-sampai diri ini enggan berpaling walau sekejap saja.
Bahkan, lembar-lembar kertas yang mengandung kalimat-kalimat indah Gibran pun seakan terbakar & Terlupa.
Muak..!
Muak..!
Saat saya sedang nikmat melukis.
Ada yang mencuri tinta terakhir
untuk warna terakhir yang akan saya goreskan. Kemurnian dari keindahan
itu memudar perlahan.
Saya tinggalkan lukisan itu di ruang tanpa gembok dan kunci.
Dengan
frame terbuat dari besi yang makin lama kian berkarat. Dengan kanvas
yang terbuat dari untaian sutra dan tembaga. Dengan kuas yang tercipta
dari rambut halus Unicorn. Dengan cat yang terbuat dari air mata
Leviathan. Dengan penglihatan yang lebih tajam dari Sauron. Dan dengan
kepekaan nurani yang melebihi kearifan semua Agama.
Lukisan itu seakan tak pernah ada. Lukisan itu hanya sekedar gambar
kartun sekelas Chibi Maruko Chan dan sekasar lukisan Sinchan yang paling
halus.
Kamu tahu kisah cinta Caligula.?
Apa kamu tahu kisah mematikan Romeo dan Juliet.?
Dulu saya adalah Romeo.
Sekarang.?
Dulu saya adalah Romeo.
Sekarang.?
Saya jauh lebih mirip Caligula.
Tapi saya bukan penggila Kamasutra.
Sayalah yang sebenarnya menguasai
jiwa ini dengan dominan, dan memilih menjerat Persephone hingga Demeter
marah pada bumi.
Elok wajah dalam lukisan itu sungguh lebih mematikan dari tatapan
Monalisa.
Lebih bernuansa neraka ketimbang “Inferno” Dante sang Maestro.
Lidah ini berbisik lebih memuakkan ketimbang suara ketukan palu di pengadilan.
Apa kamu tahu maksud semua ini.?
Saya hanyalah jiwa yang tersesat dalam galaksi.
Jiwa yang mencari jalan kembali.
Mencari kembaran yang tak pernah terlahir.
Mencari separuh jiwa yang lenyap dalam setiap mimpi basah.
Mencari kenyataan jauh melebihi onani.
Jiwa yang mencari jalan kembali.
Mencari kembaran yang tak pernah terlahir.
Mencari separuh jiwa yang lenyap dalam setiap mimpi basah.
Mencari kenyataan jauh melebihi onani.
Ya...
Sumpah saya lupa.
Seribu bintang pun tidak akan mampu mengembalikan ingatan saya.
Bahkan
jutaan burung akan melepaskan sayapnya.
Kemudian menancapkan sayap
patahnya itu di pundak Jika saya adalah cinta, ya dewa cinta.
saya adalah cinta.?
Tidak...
saya tidak pernah merasakan indahnya Cinta
yang layak disebut cinta ialah Kalian,,Hay Pencinta...
Saya telah kalah akan semua
Cinta yang saya bangga - banggakan
Cinta yang saya agung - agungkan
Saya hanyalah insan yang telah dihukum karena tak bisa bergelut dengan Cinta
saya hanyalah insan
terlantar yang enggan membuka diri lagi untuk Cinta.
Cinta bukanlah sekedar apa yang hanya dapat kamu rasa dan kamu jamah, melainkan Cinta adalah apa yang kamu ilhami dan kamu khayati karena dia bernaung dalam lubuk hati yang paling dalam, memiliki komitmen akan apa yang telah didapat.
Saya telah kehilangan semua.
Saya telah lupa akan rasa Cinta.
Yang ada hanya
pungguk yang merindukan bulan.
Seperti air yang kehausan,
Seperti api
yang kepanasan,
Seperti angin yang kedinginan,
Seperti cahaya yang
kesilauan....
Saya akan tetap berdiam dalam gelap dan akan tetap membenci semua tentang Cinta.
I really screwed up this time…
Bitch ass muthefucker!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar