Kasih,
Menemukan mu adalah suatu
anugerah terbesar dalam hidupku.
Mencintai mu adalah
suatu kado terindah yang telah ku nanti setiap kali ku bernapas.
Tapi melepas mu.?
Coba kau hitung
berapa kali musim sudah berganti.?
Aku selalu melompat - lompat girang ketika para
burung migran itu menghampiri kita.
Selama itu juga
aku tak pernah mengukir tembok-tembok dengan syair dan lukisan tentangmu.
Lalu suatu hari,
ketika sedang ku kemas ransel
pengembaraanku demi calon anak-anak kita, kau mendekatiku, memelukku dari
belakang, dan berbisik bahwa semua urusan air mata langit itu
bukan urusanku,
bukan urusanku,
bukan urusanmu,
bukan urusan kita.
Lalu kau genggam tanganku,
Kau bertanya
di mana pesta
perkawinan kita.?
siapa nama anak-anak
kita.?
ke mana kita akan
pergi makan malam berdua di hari ulang tahun pernikahan kita.?
Kupandangi wajahmu,
wajah yang selalu akan ku cintai.
Di kedalaman matamu
terpantul masa depan yang sangat kurindukan.
Kubelai rambutmu yang
tergerai, sejenak membayangkan bahwa engkaulah yang kelak akan pertama kali
kutemui di setiap pagi yang akan kita lewati.
Dan kita akan
berjalan bergandengan tangan di tepi setiap sungai dan jembatan di dunia ini,
bersandar satu sama lain di tepi ombak pesisir dan bertumpu pada karang yang
kokoh berdiri.