NYATA TAPI TAK TERLIHAT NAMUN DAPAT DIRASAKAN

Selasa, 27 September 2011

Aku Bersama Kenangan Bodohku


Lihat sampai saat ini aku masih terus termangu. 

Mataku  memandang sayu pada semburat matahari senja yang bersilangan dari arah barat. 
Di pikiran ku masih tentang dia orang yang aku sayangi, aku masih duduk menyendiri dalam kamar kecil yang berdebu berteman segelas kopi hangat sambil mengepulkan asap rokok yang nyaris memuntung di sela-sela jemari. 

Sesekali, ku hisap dalam – dalam asap rokoknya, lalu menghempaskan nafasku seperti ingin membebaskan beban akan dirinya.ketakutan akan dirinya selalu dekat, bayangannya masih terus melekat, senyumannya yang masih terus memikat.

Masih terkenang juga padanya, tanya angin padaku. 

Tahukah kau seberapa sakit rasa kehilangan? ku balik bertanya pada angin 
Angin menepuk  pundak ku dengan sangat lembut, seakan ia ingin memberikan ku suatu jawaban atas semuanya 
Janganlah kau sesali akan semua yang telah berlalu, biarkan dia pergi, mungkin saat ini dia telah bahagia dengan orang yang dia sayangi. 

Tegarlah, kehilangan adalah milik semua orang, hidupmu akan berwarna justru karena kehilangan demi kehilangan.

Hummm, jawabanmu membuatku makin bertanya - tanya  

Sering aku ingin bergegas dari kamar ini, berjalan menyusuri senja, melipat tanganku 
sambil memegang rokok, perlahan melangkahkan kaki menyusuri gang – gang  kecil yang dihimpit gedung-gedung tua, melihat bocah – bocah  bermain lincah dan menghirup udara yang telah pengap oleh asin laut, tapi tak kuasa dan aku tetap memilih berada dalam kamar ini, sendiri merangkai mimpi ku sampai tiba saatnya dimana aku bisa mewujudkan semuanya.

Lalu, Masihkah kau menuliskan kalimat – kalimat indah..?
Masihkah kau bingkiskan rima bersajak..?
Dan  masihkah kau melantunkan nada – nada minor dari gitar tua mu..?

Aku telah lupa akan semuanya kalimat – kalimat indah, rima bersajak karena otak ku telah beku, dan sampai saat ini jemari – jemari yang dulu mahir menciptakan nada sudah tak bisa ku gerakan lagi, jemari – jemari ini telah kaku.

Selang beberapa saat langit melantunkan syair, gemuruh mendesah garang memecah kesunyian dan menimbun kedamaian dalam khayalan.

Petang ini usang benar, selalu berteman bersama rintik hujan masih sama hampir setiap harinya. Ku tak tau harus berkata apa saat diriku beradu di dalam asa,

Terpaku
Terkunci
Terendap lara dalam dada, sungguh miris.

Shakespeare, William Faulkner, Plato & Chairil Anwar, apa arti semua ini tanya angin padaku saat ia melihat sekumpulan buku yang berserakan dilantai kamar..?

I don’t know, aku hanya menggemari karangan – karangan mereka tak ada yang spesial

Tapi, kau tahu ada sepenggal kata yang sangat aku sukai dari sebuah lagu yang sering aku dengar yakni :

Saat Shakespeare menangis dalam sudut kecewa.
Dewi cinta terjatuh merana dalam luka.
Terkubur dalam waktu yang berputar.
Bercampur dengan udara yang tak terdengar.

Begitu kental akan makna cinta..

Setiap perpaduan kata dalam kalimat akan membentuk suatu arti yang begitu mendalam, bukan hanya untuk cinta tapi untuk semua.
Aroma rumput basah perlahan mulai terasa mengitari setiap sudut kamar, rintik hujan berjatuhan menghempas ke dinding kamar melahirkan suatu instrument yang tak padu tapi cukup untuk ku menghilangkan penat. 

Lihatlah langit itu begitu anggun walau ia sedang galau,
Hamparan langit kembali tak berwarna karena rotasi bumi membuatnya gelap gulita, seakan tata surya terus jalankan tugasnya dibawah komando Sang Pencipta
Sang bulan yang malu-malu mulai tampakkan wajahnya, ikut melengkapi keindahan malam, sebuah lukisan nyata dari Sang Pencipta yang sangat indah dan mempesona seakan puluhan bidadari dan malaikat ikut menari-nari disana menyempurnakan segalanya
Kapankah hatimu akan seperti itu.?
Walau diselimuti kabut tapi dia masih tetap anggun tak seperti dirimu yang kerap menutup diri dalam kamar ini dan terus bergelut dengan mimpi – mimpimu bodoh..?
Huhhhh, aku tak tahu,,
Sejenak ku rebahkan diri pada kasur kecilku dan aku coba mengulang – ngulang bait perbait karangan Gibran

Beginilah nanti jadinya,
saat dia pergi dan berbahagia bersama oarng lain
aku masih mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk dan disumpahi eros.

Ya, kau tahu rasa cinta yang ada didalam diriku telah mati telah diambil Eros malam itu, jadi walaupun aku merangkaki dinding hati buta tapi tak akan ada lagi pintu yang terbuka.
Sudahlah jangan kau tanya lagi, aku masih ingin berpetualang dengan kesendirian ku di bawah sinar bulan dan menghitung jumlah bintang yang berjajar berusaha tutupi mataku dengan gelapnya malam dan dinginnya selimuti sekujur tubuhku

Biarkan aku bermimpi sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar